Senyuman Bayi, "Ekstasi" Buat Ibu

Sumber: Kompas



SENYUMAN seorang bayi ternyata tidak hanya akan menghangatkan dan meluluhkan hati sang ibu. Ekspresi bahagia bayi juga dapat menimbulkan efek luar biasa pada otak seorang ibu yang mungkin dapat dianalogikan sebagai ekstasi pembangkit energi.



Seperti yang dilaporkan Jurnal Pediatrics edisi Juli 2008, senyum seorang bayi dapat mengaktifkan salah satu bagian dalam otak yang disebut "reward center" . Temuan yang didasarkan pada riset pencitraan otak ini dinilai penting karena akan membuka jalan dalam memahami dan menganalisa ikatan batin yang unik antara seorang ibu dengan bayinya.



“Hubungan antara ibu dan bayi sangat penting bagi perkembangan anak-anak,” ungkap Dr. Lane Strathearn, dari Human Neuroimaging Laboratory di Baylor College of Medicine, Houston, AS.



“Untuk alasan apapun, pada beberapa kasus, hubungan ini tidak terjalin secara normal. Kelalaian dan kekerasan dapat menimbulkan konsekuensi, dengan dampak yang mengenaskan pada pertumbuhan anak-anak,” jelas Strathearn



Strathearn dan rekannya menggunakan metode magnetic resonance imaging (MRI) untuk memindai otak sekitar 28 ibu yang baru pertamakali melahirkan. Para ibu diinstruksikan melihat foto-foto bayi mereka dan bayi orang lain yang berusia 5 hingga 10 bulan .



Pada beberapa foto, bayi tampak tersenyum atau bahagia. Pada foto lain, ada pula yang berwajah sedang sedih dan ekspresi biasa atau netral.



Lewat metode pencitraan ini, peneliti menemukan adanya aktivasi pada daerah penting pada otak yang berkaitan dengan "reward" selain juga peningkatan neurotransmitter dopamine ketika para ibu melihat foto bayi mereka yang tersenyum.



Kata peneliti, aktivasi ini menandakan adanya peningkatan aliran darah ke salah satu bagian otak tersebut. Area atau daerah otak ini diyakni telah terstimulasi oleh bayangan-bayangan dari bayi mereka yang kemudian larut dalam pikiran, gerak, perilaku dan emosi.



“Ini merupakan bagian otak yang juga dapat diaktifkan dalam penelitian lain berkaitan dengan kecanduan obat-obatan,” papar Strathearn.



“Melihat senyuman bayi mereka sendiri seperti halnya natural high,” tambahnya.



Kekuatan dari reaksi ibu akan tergantung dari ekspresi wajah bayi mereka. Aktivasi yang paling kuat, lanjut Strathearn, adalah saat melihat wajah bayi tersenyum. Sedangkan dari gambar dengan ekspresi sedih atau netral, dampaknya tidak begitu kuat.



“Kami juga mengharapkan suatu reaksi berbeda dengan wajah yang sedih,” jelas peneliti.



Faktanya, tim peneliti menemukan sedikit perbedaan dalam reaksi otak ibu tehadap wajah bayi mereka yang sedang menangis dibandingkan dengan wajah dari anak yang tak dikenal.



Secara keseluruhan, para ibu memberi respon yang lebih kuat pada wajah anak-anak mereka ketimbang wajah anak yang tak dikenal.



Dengan memahami bagaimana seorang ibu memberi respon secara unik pada bayi mereka ketika terseyum atau menangis, kata Strathearn, mungkin akan menjadi tahap awal dalam memahami dasar-dasar ikatan antara ibu dan bayi berkaitan dengan ilmu syaraf.

Comments