Sumber: sumber
Tingkat pengguna internet di Indonesia diperkirakan akan terus bertambah karena tarifnya yang semakin terjangkau. Namun, karena mayoritas informasi yang tersedia dalam internet adalah bahasa Inggris, maka masih sedikit masyarakat Indonesia yang merasakan manfaat teknologi ini.
Hal ini dikatakan oleh Direktur Jenderal Aplikasi Telematika Depkominfo, Cahyana Ahmadjayadi, ketika membacakan sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh, yang berhalangan hadir, pada seminar "Pemberdayaan Bahasa Melalui Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Untuk Menjembatani Masalah Kesenjangan Sosial", Senin (11/8) di Jakarta.
"Hal ini menyebabkan kesenjangan digital antara masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan dan metropolitan," tutur Nuh dalam sambutannya.
Turut hadir dalam seminar tersebut adalah Kepala Departemen Ilmu Komputer Universitas Nasional Pakistan, Sarmad Hussain, Direktur Pendidikan Universitas Indonesia, Multamia Lauder, dan pengajar linguistik Universitas Katolik Atma Jaya, Bambang Kaswanti Purwo.
"Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, diperlukan pengembangan mesin pencari lokal berbahasa Indonesia dan daerah yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mencari informasi yang berkaitan dengan berbagai bidang, seperti pendidikan dan kesehatan," kata Nuh.
Informasi pendidikan dapat berupa materi instruksi pengajaran untuk anak-anak dan cara bercocok tanam yang benar. Sedangkan informasi kesehatan termasuk bagaimana cara membesarkan anak yang benar, jenis makanan yang bermanfaat bagi anak selama masa pertumbuhan, dan lainnya. "Semua informasi ini dapat membantu hidup masyarakat pedesaan," kata Nuh.
Menurut Sarmad, banyak hal-hal yang harus dilakukan untuk mewujudkan hal ini. "Yang harus disiapkan pemerintah mulai dari analisa linguistik, standarisasi dan lokalisasi dasar, dan aplikasi lanjutan.Yang temasuk analisasi linguistik adalah terminology translation, character ordering, morphological analysis, syntax and grammar, serta semantic structure.
Lalu, yang termasuk standarisasi dan lokalisasi dasar adalah perancangan keyboard bahasa daerah, fonts and rendering, local language interface, dan pengkodean skrip, misalnya dalam Unicode.
Sedangkan yang termasuk aplikasi lanjutan adalah aplikasi akses konten online seperti Text-to-Speech (TTS) dan Search/Information Retrieval (IR), dan aplikasi content generation seperti sistem Optical Character Recognition (OCR), dan Automatic Speech Recognition (ASR).
Tingkat pengguna internet di Indonesia diperkirakan akan terus bertambah karena tarifnya yang semakin terjangkau. Namun, karena mayoritas informasi yang tersedia dalam internet adalah bahasa Inggris, maka masih sedikit masyarakat Indonesia yang merasakan manfaat teknologi ini.
Hal ini dikatakan oleh Direktur Jenderal Aplikasi Telematika Depkominfo, Cahyana Ahmadjayadi, ketika membacakan sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh, yang berhalangan hadir, pada seminar "Pemberdayaan Bahasa Melalui Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi Untuk Menjembatani Masalah Kesenjangan Sosial", Senin (11/8) di Jakarta.
"Hal ini menyebabkan kesenjangan digital antara masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan dan metropolitan," tutur Nuh dalam sambutannya.
Turut hadir dalam seminar tersebut adalah Kepala Departemen Ilmu Komputer Universitas Nasional Pakistan, Sarmad Hussain, Direktur Pendidikan Universitas Indonesia, Multamia Lauder, dan pengajar linguistik Universitas Katolik Atma Jaya, Bambang Kaswanti Purwo.
"Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, diperlukan pengembangan mesin pencari lokal berbahasa Indonesia dan daerah yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mencari informasi yang berkaitan dengan berbagai bidang, seperti pendidikan dan kesehatan," kata Nuh.
Informasi pendidikan dapat berupa materi instruksi pengajaran untuk anak-anak dan cara bercocok tanam yang benar. Sedangkan informasi kesehatan termasuk bagaimana cara membesarkan anak yang benar, jenis makanan yang bermanfaat bagi anak selama masa pertumbuhan, dan lainnya. "Semua informasi ini dapat membantu hidup masyarakat pedesaan," kata Nuh.
Menurut Sarmad, banyak hal-hal yang harus dilakukan untuk mewujudkan hal ini. "Yang harus disiapkan pemerintah mulai dari analisa linguistik, standarisasi dan lokalisasi dasar, dan aplikasi lanjutan.Yang temasuk analisasi linguistik adalah terminology translation, character ordering, morphological analysis, syntax and grammar, serta semantic structure.
Lalu, yang termasuk standarisasi dan lokalisasi dasar adalah perancangan keyboard bahasa daerah, fonts and rendering, local language interface, dan pengkodean skrip, misalnya dalam Unicode.
Sedangkan yang termasuk aplikasi lanjutan adalah aplikasi akses konten online seperti Text-to-Speech (TTS) dan Search/Information Retrieval (IR), dan aplikasi content generation seperti sistem Optical Character Recognition (OCR), dan Automatic Speech Recognition (ASR).
Comments
Post a Comment