Sumber: Kompas
BERMAIN adalah bentuk stimulasi yang banyak dianjurkan terutama bagi anak-anak pada rentang usia 0 sampai 3 tahun atau masa yang juga dikenal sebagai golden years period. Stimulasi pada tahap ini sangat penting guna membentuk pribadi anak kuat dan cerdas di masa depan.
Dan yang penting pula sejak awal pula, suasana aman, hangat, gembira, penuh kasih sayang mesti melingkupi kehidupan si kecil. Semua ini dapat merangsang sistem panca indera, melatih kemampuan motorik halus dan kasar, melatih kemampuan komunikasi anak serta merangsang perasaan dan pikirannya.
Supaya kegiatan bermain mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan, para orang tua tentu harus memperhatikan beberapa prinsip serta ciri-ciri bermain yang sehat untuk anak. Psikolog dan playtherapist dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Dra. Mayke S. Tedjasaputra Psi, menyatakan prinsipnya suasana bermain untuk anak-anak haruslah menyenangkan. Emosi positif ini tak hanya berlaku bagi si anak tetapi juga orang tua. Yang penting juga, lakukan aktivitas sesuai masa pertumbuhan anak.
"Yang paling mendasar adalah orang tua harus siap dulu untuk bermain dengan anak. Artinya, emosi yang dikembangkan harus positif. Mereka juga harus memahami dan mengikuti tahapan perkembangan anak, sehingga tahu permainan apa sesuai dengan usianya," ungkap Mayke dalam acara 'Huggies Play For The Future Press Forum' di Jakarta, Selasa (5/8).
Ia menekankan pula, bermain sebaiknya menjadi suatu perangkat psikologis bagi anak untuk tumbuh dan berkembang. Artinya, selain diberi kebebasan bermain, anak-anak juga harus dikembangkan sesuai kemampuannya. "Dari kegiatan bermain, Anak harus mendapat banyak hal dan pengetahuan. Mereka mendapat berbagi pengalaman, bebas berekspresi dan bereksplorasi," ujarnya.
Meski begitu, tak semua permainan cocok untuk anak. Karena itu, memilih kegiatan bermain yang cocok untuk anak menjadi hal yang penting. Apalagi banyak orang tua kerap kebingungan menentukan permainan yang pas untuk anak. Namun, sebelum memilih Anda perlu paham suasana yang mesti dibangun dengan permainan itu. Berikut ini Mayke menjelaskan lima ciri kegiatan bermain yang sehat untuk anak:
1. Motivasi Intrinsik. Kegiatan bermain menumbuhkan motivasi dalam diri anak. Ketika Bayi misalnya sudah dapat bermain ludah dengan mulutnya atau pun menendang tempat tidur. Jadi mereka bergerak dengan motivasi dalam dirinya.
2. Pengaruh Positif . Bermain haruslah menimbulkan pengaruh positif. Aktivitas bermain bukan dipaksakan oleh orang tua, tetapi muncul dari keinginan anak sehingga mereka merasa gembira dan senang dengan permainannya.
3. Fleksibel. Berikan kebebasan pada anak untuk berekspresi dan eksplorasi. "Misalnya ketika anak bermain menggunakan robot-robotan, mainan tidak harus berperan sebagai robot, tetapi bisa manjadi sosok lain sesuai imajinasi anak," ujar Mayke.
4. Orientasi Proses. Anak harus menikmati kegiatannya dalam bermain. Jadi yang harus ditekankan adalah bagaimana proses anak-anak menikmati aktivitas permainan dan bukan hasil akhir dari permainannya.
5. Kualitas Berpura-pura. Bermain adalah berpura-pura dan merupakan kegiatan yang bukan berada di zona realitas. "Sampai tua pun ketika Anda bermain itu kualitasnya pura-pura," tegas Mayke.
BERMAIN adalah bentuk stimulasi yang banyak dianjurkan terutama bagi anak-anak pada rentang usia 0 sampai 3 tahun atau masa yang juga dikenal sebagai golden years period. Stimulasi pada tahap ini sangat penting guna membentuk pribadi anak kuat dan cerdas di masa depan.
Dan yang penting pula sejak awal pula, suasana aman, hangat, gembira, penuh kasih sayang mesti melingkupi kehidupan si kecil. Semua ini dapat merangsang sistem panca indera, melatih kemampuan motorik halus dan kasar, melatih kemampuan komunikasi anak serta merangsang perasaan dan pikirannya.
Supaya kegiatan bermain mencapai sasaran dan tujuan yang diharapkan, para orang tua tentu harus memperhatikan beberapa prinsip serta ciri-ciri bermain yang sehat untuk anak. Psikolog dan playtherapist dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Dra. Mayke S. Tedjasaputra Psi, menyatakan prinsipnya suasana bermain untuk anak-anak haruslah menyenangkan. Emosi positif ini tak hanya berlaku bagi si anak tetapi juga orang tua. Yang penting juga, lakukan aktivitas sesuai masa pertumbuhan anak.
"Yang paling mendasar adalah orang tua harus siap dulu untuk bermain dengan anak. Artinya, emosi yang dikembangkan harus positif. Mereka juga harus memahami dan mengikuti tahapan perkembangan anak, sehingga tahu permainan apa sesuai dengan usianya," ungkap Mayke dalam acara 'Huggies Play For The Future Press Forum' di Jakarta, Selasa (5/8).
Ia menekankan pula, bermain sebaiknya menjadi suatu perangkat psikologis bagi anak untuk tumbuh dan berkembang. Artinya, selain diberi kebebasan bermain, anak-anak juga harus dikembangkan sesuai kemampuannya. "Dari kegiatan bermain, Anak harus mendapat banyak hal dan pengetahuan. Mereka mendapat berbagi pengalaman, bebas berekspresi dan bereksplorasi," ujarnya.
Meski begitu, tak semua permainan cocok untuk anak. Karena itu, memilih kegiatan bermain yang cocok untuk anak menjadi hal yang penting. Apalagi banyak orang tua kerap kebingungan menentukan permainan yang pas untuk anak. Namun, sebelum memilih Anda perlu paham suasana yang mesti dibangun dengan permainan itu. Berikut ini Mayke menjelaskan lima ciri kegiatan bermain yang sehat untuk anak:
1. Motivasi Intrinsik. Kegiatan bermain menumbuhkan motivasi dalam diri anak. Ketika Bayi misalnya sudah dapat bermain ludah dengan mulutnya atau pun menendang tempat tidur. Jadi mereka bergerak dengan motivasi dalam dirinya.
2. Pengaruh Positif . Bermain haruslah menimbulkan pengaruh positif. Aktivitas bermain bukan dipaksakan oleh orang tua, tetapi muncul dari keinginan anak sehingga mereka merasa gembira dan senang dengan permainannya.
3. Fleksibel. Berikan kebebasan pada anak untuk berekspresi dan eksplorasi. "Misalnya ketika anak bermain menggunakan robot-robotan, mainan tidak harus berperan sebagai robot, tetapi bisa manjadi sosok lain sesuai imajinasi anak," ujar Mayke.
4. Orientasi Proses. Anak harus menikmati kegiatannya dalam bermain. Jadi yang harus ditekankan adalah bagaimana proses anak-anak menikmati aktivitas permainan dan bukan hasil akhir dari permainannya.
5. Kualitas Berpura-pura. Bermain adalah berpura-pura dan merupakan kegiatan yang bukan berada di zona realitas. "Sampai tua pun ketika Anda bermain itu kualitasnya pura-pura," tegas Mayke.
Comments
Post a Comment